Perusahaan Collapse
A. SONY

Sony
didirikan pada 7 Mei 1946 dengan
nama Perusahaan Telekomunikasi Tokyo dengan sekitar 20 karyawan. Produk
konsumen mereka yang pertama adalah sebuah penanak nasi pada akhir 1940-an.
Seiring dengan berkembangnya Sony sebagai perusahaan internasional yang besar,
ia membeli perusahaan lain yang mempunyai sejarah yang lebih lama termasuk Columbia Records (perusahaan
rekaman tertua yang masih ada, didirikan pada tahun 1888).
Ketika Tokyo Tsushin Kogyo sedang
mencari nama yang sudah diromanisasi (bukan dalam bahasa maupun tulisan Jepang)
untuk memasarkan perusahaan mereka, mereka mempertimbangkan dengan kuat untuk
menggunakan singkatan mereka, TTK. Alasan mereka tidak memilihnya adalah karena
ada perusahaan kereta api Tokyo Kyuko yang
saat itu dikenal sebagai TKK.
Nama
"Sony" dipilih sebagai gabungan kata Latin sonus,
yang merupakan akar dari sonik dan bunyi, dan kata Inggris sonny ("anak
kecil") yang setelah dikombinasikan berarti sekelompok kecil anak muda
yang memiliki energi dan kemauan keras terhadap kreasi dan inovasi ide yang tak
terbataskan. Pada saat itu, sangatlah aneh bagi sebuah perusahaan Jepang untuk
menggunakan huruf Roman untuk mengeja namanya, apalagi penggunaan aksara
fonetis yang digunakan dalam penulisan bahasa Jepang (daripada menggunakan
aksara Tionghoa). Dan pada 1958 perusahaan mulai secara formal mengadopsi nama
" Sony Corporation " sebagai nama perusahaan. Mudah digunakan dan
mudah dieja dalam segala bahasa dunia. Nama Sony menggaungkan semangat
kebebasan dan keterbukaan dalam inovasi.
Langkah
ini mendapatkan tentangan; bank yang merupakan sponsor TTK saat itu, Mitsui mempunyai
perasaan yang kuat terhadap nama tersebut. Mereka menginginkan nama seperti
Sony Electronic Industries, atau Sony Teletech. Tetapi pendirian AkioMorita tetap
teguh, karena dia tidak ingin nama perusahaannya terkait dengan industri apapun
juga. Akhirnya, sang Ketua Bandai dan
Presiden Masaru Ibuka memberikan persetujuannya.
Pada 1988,
Sony membeli CBS (Columbia) Records Group dari CBS. Ia kemudian
dinamakan "Sony Music Entertainment".
Pada
tahun 2000,
Sony mempunyai penjualan sebesar US$63 miliar dan
189.700 karyawan. Sony mengakuisisi perusahaan Aiwa pada 2002.
Sony
juga memiliki saluran televisi di India dan
saluran-saluran yang ditujukan untuk komunitas India di Eropa.
Sebab Akibat Collapse
Langkah
Awal PT.Sony Electronic Indonesia mulai diikuti oleh Panasonic Group, dengan
alasan yang sama. Sony dan Problematika "Footloose Industry"
Sony Indonesia, pada Maret 2003 Sony Corp Jepang menutup pabrik audio, PT Sony Electronics Indonesia (SEI) dan merelokasinya ke Malaysia atau China. Kini PT SEI mempekerjakan sekitar 1.500 orang dengan nilai produksi sekitar 15 milyar yen per tahun.
Sony Indonesia, pada Maret 2003 Sony Corp Jepang menutup pabrik audio, PT Sony Electronics Indonesia (SEI) dan merelokasinya ke Malaysia atau China. Kini PT SEI mempekerjakan sekitar 1.500 orang dengan nilai produksi sekitar 15 milyar yen per tahun.
Penutupan
PT SEI merupakan strategi global perusahaan elektronik Jepang guna efisiensi,
karena kian kompetitifnya industri elektronika dunia, ditambah banjirnya produk
elektronik Cina, setelah negeri Tirai Bambu itu menjadi anggota WTO. Upaya
efisiensi dilakukan dengan menutup cabang-cabang pabriknya yang berlokasi di
seluruh dunia. Hingga kini, Sony Corp mempunyai anak cabang 70 perusahaan dan
diciutkan menjadi 55 perusahaan. Artinya, ada penciutan 15 anak cabang, salah
satunya PT SEI yang berlokasi di Indonesia.
Rencana
Sony untuk hengkang sebenarnya sudah dikemukakan lama. Penyebabnya, April 2000
terjadi mogok kerja hampir satu bulan, melibatkan 900 buruh dari total 1.500
karyawan. Aksi mogok ini dipicu perubahan sistem kerja di perusahaan, dari
posisi duduk menjadi berdiri. Perubahan sistem ini terpaksa dilakukan agar
produk sesuai keinginan konsumen. Bagi pekerja, sistem ini terasa berat
sehingga mereka menuntut kompensasi lebih besar. Perusahaan sendiri telah
menggaji buruh jauh di atas UMR, namun buruh tetap meminta kompensasi tambahan
Rp 6.200 per hari.
Sebagian
besar penanaman modal asing (PMA) bersifat footloose industry, seperti tekstil,
sepatu, dan elektronika. Footloose industry merupakan jenis industri yang
didirikan dengan hanya mempertimbangkan biaya produksi murah di lokasi baru,
dan lokasi pabriknya mudah dipindah kenegara lain tanpa menanggung kerugian berarti
atas investasi yang sudah ditanam.
Masa booming PMA di Indonesia pada jenis industri ini, terjadi sejak tahun 1985, dengan dua sebab. Pertama, saat itu Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi amat pesat sehingga menurut Bank Dunia diklasifikan sebagai keajaiban Asia (Asia Miracle). Pemerintah sendiri mengubah proses industrialisasi dari strategi substitusi impor ke promosi ekspor. Resultantenya menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan investasi menarik.
Kedua, pada saat bersamaan terjadi relokasi besar-besaran industri Asia seperti Jepang, Taiwan, Korea, maupun Hongkong. Relokasi ini terjadi karena biaya produksi di dalam negeri mengalami kenaikan cukup signifikan sehingga produk yang dihasilkan tidak lagi kompetitif. Kenaikan upah buruh menjadi salah satu faktor kenaikan biaya produksi. Kawasan untuk relokasi industri adalah negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Masa booming PMA di Indonesia pada jenis industri ini, terjadi sejak tahun 1985, dengan dua sebab. Pertama, saat itu Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi amat pesat sehingga menurut Bank Dunia diklasifikan sebagai keajaiban Asia (Asia Miracle). Pemerintah sendiri mengubah proses industrialisasi dari strategi substitusi impor ke promosi ekspor. Resultantenya menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan investasi menarik.
Kedua, pada saat bersamaan terjadi relokasi besar-besaran industri Asia seperti Jepang, Taiwan, Korea, maupun Hongkong. Relokasi ini terjadi karena biaya produksi di dalam negeri mengalami kenaikan cukup signifikan sehingga produk yang dihasilkan tidak lagi kompetitif. Kenaikan upah buruh menjadi salah satu faktor kenaikan biaya produksi. Kawasan untuk relokasi industri adalah negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Sebagai pembuat elektronika terbesar di dunia,
Sony juga merelokasi pabriknya ke berbagai negara di kawasan ASEAN yang
menawarkan upah buruh relatif rendah. Indonesia sebagai negara yang mempunyai
keunggulan komparatif (comparative advantage) di industri yang berbasis tenaga
kerja, merupakan pilihan lokasi yang tepat bagi Sony. Sebagai gambaran,
komponen biaya produksi industri elektronika di Indonesia relatif rendah, hanya
5 persen5,2 persen dari total biaya per unit. Sementara Thailand dan Malaysia,
masing-masing 11 persen13 persen, dan 20 persen23 persen. PT Sony Indonesia
akhirnya didirikan tahun 1992 dengan investasi awal 20 juta dollar AS.
Di Amerika Utara, juga terjadi hal yang sama, saat perdagangan bebas NAFTA (North American Free Trade Area) diberlakukan tahun 1993. Banyak perusahaan komputer dari AS memindah lokasi pabriknya ke Meksiko. Salah satu pertimbangannya, tingginya biaya produksi komponen komputer, akibat tingginya upah di AS. Industri komponen komputer merupakan industri padat karya sehingga lebih baik diproduksi di Meksiko yang menawarkan upah buruh murah.
Mengapa hengkang?
Relokasi besar-besaran footloose industry di Indonesia sebelumnya telah terjadi pada kasus industri tekstil dan sepatu dengan tujuan Vietnam. Dengan hengkangnya Sony berarti sudah merambah ke industri elektronik yang notabene cukup penting karena memberi nilai tambah (value added) lebih besar dibanding industri padat karya lainnya. Setelah merasa kondisi investasi di Indonesia tidak lagi favorable, Sony kembali akan merelokasi pabriknya ke tempat yang lebih favorable.
Penutupan PT SEI, merupakan akumulasi kekecewaan para inivestor asing atas kondisi investasi secara umum di Indonesia. Persoalan cukup kompleks, namun ada beberapa penyebab utama. Pertama, dari kacamata pengusaha, pemicunya gerakan buruh yang kian menguat. Unjuk rasa buruh dengan tuntutan kenaikan upah sering terjadi bahkan acap diiringi tindakan destruktif. Akibatnya, kelancaran produksi pabrik terganggu dan perusahaan mengalami kerugian.
Kedua, masalah klasik, rumitnya urusan birokrasi pemerintah dengan aneka pungutan tidak resmi. Menurut penelitian yang dilakukan di kawasan industri Karawang dan Bekasi, pungutan tidak resmi ini cukup besar. Ketika pabrik didirikan, sudah harus membayar pungutan mulai izin prinsip, izin lokasi, IMB, maupun uang partisipasi pembangunan. Selama beroperasi ada pungutan meliputi Iuran APPKD (kawasan industri), sumbangan keamanan Koramil maupun Polsek, ke Bupati, Kapolres, Dandim, sumbangan hari besar dan hari raya. Menurut Mantan Mennaker Bomere Pasaribu, pungutan tak resmi ini bisa mencapai 40 persen dari total biaya produksi.
Ketiga, upaya menggenjot penerimaan pajak pemerintah dengan menaikkan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) cukup memukul produk elektronika. Saat ini, total pajak yang dikenakan untuk produk elektronika sebesar 32,5 persen, terdiri dari PPnBM 20 persen, PPN 10 persen, PPh dua persen (Kompas, 27/11). Akibatnya, produksi dalam negeri kurang kompetitif, selain membanjirnya barang impor elektronik ilegal. Padahal, dalam konteks footloose industry diperlukan insentif-insentif pajak, yakni semacam tax holiday maupun insentif pajak lain. Selain itu, faktor non-ekonomi seperti tiadanya kepastian hukum, makin tingginya country risk pascatragedi Bali, memperburuk iklim investasi di Indonesia.
Merebut kembali PMA
Sejak krisis ekonomi pertengahan 1997, nilai persetujuan PMA terus menurun. Tahun 2002, persetujuan PMA periode Januari-September menurun 11 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Hingga September 2002, disetujui 780 proyek PMA dengan nilai investasi 5,402 milyar dollar AS. Sementara PMDN menurun tajam, 63 persen, hanya 124 proyek yang disetujui dengan nilai investasi Rp 15.989 trilyun.
Hengkangnya industri elektronik Sony jelas memperburuk iklim berinvestasi di Indonesia. Sebelumnya, dua raksasa industri, Aiwa dan Nike telah menutup pabriknya di Indonesia. Bila persoalan ini tidak segera diantisipasi, tidak tertutup kemungkinan langkah Sony akan diikuti investor lainnya. Bahkan, industri domestik akan menyusul. Relokasi industri asing maupun lokal tentu akan amat berpengaruh terhadap persoalan pengangguran dalam negeri. Tiap tahun diperkirakan ada 2,5 juta pekerja masuk lapangan kerja. Dengan terbatasnya lapangan kerja berati akan menambah angka pengangguran yang kini diperkirakan sudah mencapai 40 juta orang.
Stimulus ekonomi sebesar Rp 15,5 trilyun dalam RAPBN 2003 telah ditetapkan pemerintah. Namun, stimulus ini amat minim bila dilihat dari kompleksitas masalah ekonomi domestik pascatragedi Bali. Ekonomi domestik masih memerlukan investor-investor asing guna menggerakkan sektor riil. Lalu, apa yang bisa dilakukan? Dalam jangka pendek, harus segera memperbaiki iklim investasi. Pemerintah tidak bisa lagi menggunakan UU investasi lama (UU PAM No 1/1967 maupun UU PMDN No 6/1968). Pemerintah harus segera menyelesaikan draf UU investasi baru yang kini masih di tangan Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Di Amerika Utara, juga terjadi hal yang sama, saat perdagangan bebas NAFTA (North American Free Trade Area) diberlakukan tahun 1993. Banyak perusahaan komputer dari AS memindah lokasi pabriknya ke Meksiko. Salah satu pertimbangannya, tingginya biaya produksi komponen komputer, akibat tingginya upah di AS. Industri komponen komputer merupakan industri padat karya sehingga lebih baik diproduksi di Meksiko yang menawarkan upah buruh murah.
Mengapa hengkang?
Relokasi besar-besaran footloose industry di Indonesia sebelumnya telah terjadi pada kasus industri tekstil dan sepatu dengan tujuan Vietnam. Dengan hengkangnya Sony berarti sudah merambah ke industri elektronik yang notabene cukup penting karena memberi nilai tambah (value added) lebih besar dibanding industri padat karya lainnya. Setelah merasa kondisi investasi di Indonesia tidak lagi favorable, Sony kembali akan merelokasi pabriknya ke tempat yang lebih favorable.
Penutupan PT SEI, merupakan akumulasi kekecewaan para inivestor asing atas kondisi investasi secara umum di Indonesia. Persoalan cukup kompleks, namun ada beberapa penyebab utama. Pertama, dari kacamata pengusaha, pemicunya gerakan buruh yang kian menguat. Unjuk rasa buruh dengan tuntutan kenaikan upah sering terjadi bahkan acap diiringi tindakan destruktif. Akibatnya, kelancaran produksi pabrik terganggu dan perusahaan mengalami kerugian.
Kedua, masalah klasik, rumitnya urusan birokrasi pemerintah dengan aneka pungutan tidak resmi. Menurut penelitian yang dilakukan di kawasan industri Karawang dan Bekasi, pungutan tidak resmi ini cukup besar. Ketika pabrik didirikan, sudah harus membayar pungutan mulai izin prinsip, izin lokasi, IMB, maupun uang partisipasi pembangunan. Selama beroperasi ada pungutan meliputi Iuran APPKD (kawasan industri), sumbangan keamanan Koramil maupun Polsek, ke Bupati, Kapolres, Dandim, sumbangan hari besar dan hari raya. Menurut Mantan Mennaker Bomere Pasaribu, pungutan tak resmi ini bisa mencapai 40 persen dari total biaya produksi.
Ketiga, upaya menggenjot penerimaan pajak pemerintah dengan menaikkan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) cukup memukul produk elektronika. Saat ini, total pajak yang dikenakan untuk produk elektronika sebesar 32,5 persen, terdiri dari PPnBM 20 persen, PPN 10 persen, PPh dua persen (Kompas, 27/11). Akibatnya, produksi dalam negeri kurang kompetitif, selain membanjirnya barang impor elektronik ilegal. Padahal, dalam konteks footloose industry diperlukan insentif-insentif pajak, yakni semacam tax holiday maupun insentif pajak lain. Selain itu, faktor non-ekonomi seperti tiadanya kepastian hukum, makin tingginya country risk pascatragedi Bali, memperburuk iklim investasi di Indonesia.
Merebut kembali PMA
Sejak krisis ekonomi pertengahan 1997, nilai persetujuan PMA terus menurun. Tahun 2002, persetujuan PMA periode Januari-September menurun 11 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Hingga September 2002, disetujui 780 proyek PMA dengan nilai investasi 5,402 milyar dollar AS. Sementara PMDN menurun tajam, 63 persen, hanya 124 proyek yang disetujui dengan nilai investasi Rp 15.989 trilyun.
Hengkangnya industri elektronik Sony jelas memperburuk iklim berinvestasi di Indonesia. Sebelumnya, dua raksasa industri, Aiwa dan Nike telah menutup pabriknya di Indonesia. Bila persoalan ini tidak segera diantisipasi, tidak tertutup kemungkinan langkah Sony akan diikuti investor lainnya. Bahkan, industri domestik akan menyusul. Relokasi industri asing maupun lokal tentu akan amat berpengaruh terhadap persoalan pengangguran dalam negeri. Tiap tahun diperkirakan ada 2,5 juta pekerja masuk lapangan kerja. Dengan terbatasnya lapangan kerja berati akan menambah angka pengangguran yang kini diperkirakan sudah mencapai 40 juta orang.
Stimulus ekonomi sebesar Rp 15,5 trilyun dalam RAPBN 2003 telah ditetapkan pemerintah. Namun, stimulus ini amat minim bila dilihat dari kompleksitas masalah ekonomi domestik pascatragedi Bali. Ekonomi domestik masih memerlukan investor-investor asing guna menggerakkan sektor riil. Lalu, apa yang bisa dilakukan? Dalam jangka pendek, harus segera memperbaiki iklim investasi. Pemerintah tidak bisa lagi menggunakan UU investasi lama (UU PAM No 1/1967 maupun UU PMDN No 6/1968). Pemerintah harus segera menyelesaikan draf UU investasi baru yang kini masih di tangan Badan Koordinasi Penanaman Modal.
B. TOSHIBA

Toshiba adalah perusahaan Jepang yang
memproduksi dan memasarkan berbagai peralatan listrik dan produk elektronik
yang canggih, yang berkantor pusat di Tokyo, Jepang. Toshiba dinilai sebagai
perusahaan no 7 dunia untuk produsen terintegrasi untuk peralatan listrik,
elektronik dan sebagai pembuat chip. Toshiba Semikonduktor termasuk 20 besar
pemimpin penjualan semikonduktor di dunia.
Toshiba dibentuk pada tahun 1939,
merupakan hasil merger
dari dua perusahaan. Tokyo Denki adalah perusahaan yang
bergerak dibidang consumer goods dan perusahaan mesin Shibaura Seisakusho.
Mengambil beberapa huruf didepan dari masing-masing perusahaan “TO” dan “SHIBa”
maka lahirlah merek Toshiba. Pada tahun 1984 perusahaan itu resmi berubah
menjadi Toshiba Corporation. Grup ini makin kuat melalui pertumbuhan internal
dan melalui akuisisi perusahaan rekayasa alat berat dan perusahaan industri
primer pada 1940-an dan 1950-an. Kemudian pada 1970-an dan seterusnya, anak
perusahaan mulai didirikan, yaitu: grup Toshiba Lighting & Teknologi
(1989), Toshiba Carrier Corporation (1999), Toshiba Elevator & Building
System Corp (2001), Toshiba Solutions Corp (2003), Toshiba Medical Systems Corp
(2003) dan Toshiba Materials Co Ltd (2003).
Toshiba Corporation adalah salah satu
perusahaan diversifikasi produsen dan pemasar produk digital, perangkat
elektronik dan komponen, sistem infrastruktur sosial dan Home appliances.
Sebagai pendiri dan inovator terkemuka dalam komputasi portabel dan
produk-produk jaringan, Toshiba mulai memasarkan notebook, PC, dan PC server
untuk rumah, kantor dan pengguna mobile. Toshiba Qosmio Notebook PC memimpin
jalan dalam konvergensi komputasi dan kemampuan, menawarkan konsumen yang
lengkap solusi hiburan pribadi. Sementara itu, seri “Tipis dan Ringan” membawa
tingkat mobilitas tinggi dan daya tahan untuk notebook PC untuk penggunaan
bisnis di era ini.
Toshiba memproduksi semua
jenis laptop, dari model Libretto yang lucu dan
ultra portabel sampai model multimedia Qosmio keren. Laptop Toshiba juga
populer di Amerika dan Eropa. Apakah pengguna mencari pengganti desktop, laptop
untuk mahasiswa atau laptop untuk game, akan ada sesuatu yang cocok bagi mereka
di antara rangkaian yang tak terhitung jumlahnya seperti notebook Toshiba
Libretto, Portege, Qosmio, Satellite dan Portege.
C. PANASONIC

Dengan semangat nasionalisme untuk membuat
sebuah alat komunikasi bagi bangsa Indonesia, pada tahun 1954 Drs. H Thayeb
Moh.Gobel mendirikan PT Transistor Radio Manufacturing di Cawang, Jakarta yang
merupakan pelopor dari Pabrik Radio Transistor pertama di Indonesia dengan
brand “Tjawang”.
Tahun 1957, Drs, Thayeb Moh Gobel menerima beasiswa Colomba Plan dimana dia melanjutkan studi ke Jepang dan bertemu dengan Mr. Konosuke Matsushita, pendiri dari Masushita Electric Indrustrial Co.Ltd. Hingga di tahun 1960 Drs. H. Thayeb Moh.Gobel atas nama PT Transistor Radio Manufacturing menandatangi perjanjian kerjasama " Technical Assistance Agreement" dengan Matsushita Electric Industrial Co. Ltd, (Jepang).
Bisnis pun semakin berkembang dan hingga akhirnya pada tanggal 27 Juli 1970 terbentuklah Joint Venture dengan Panasonic Corporation dibawah PT National Gobel yaitu perusahaan penyedia peralatan rumah tangga.
Hingga tahun 1991 didirikan PT National Panasonic Gobel yang merupakan satu satunya agen retail NABEL dan MGBI dan PT Matsushita Kotobuki Electric Indonesia yang mengekspor VCR, CD-ROM, dan TV.
Pada tahun 2004, merek “National “ bertransformasi menjadi “Panasonic” dan nama perusahaan juga berganti menjadi PT Panasonic Gobel Indonesia. Panasonic menjadi salah satu merek terkenal di Indonesia. Berbagai macam produk elektronik yang dijual meliputi digital AV, kesehatan dan kecantikan, komunikasi, kehidupan pusat inovasi, peralatan rumah, AV profesional, dan solusi bisnis.
Tahun 1957, Drs, Thayeb Moh Gobel menerima beasiswa Colomba Plan dimana dia melanjutkan studi ke Jepang dan bertemu dengan Mr. Konosuke Matsushita, pendiri dari Masushita Electric Indrustrial Co.Ltd. Hingga di tahun 1960 Drs. H. Thayeb Moh.Gobel atas nama PT Transistor Radio Manufacturing menandatangi perjanjian kerjasama " Technical Assistance Agreement" dengan Matsushita Electric Industrial Co. Ltd, (Jepang).
Bisnis pun semakin berkembang dan hingga akhirnya pada tanggal 27 Juli 1970 terbentuklah Joint Venture dengan Panasonic Corporation dibawah PT National Gobel yaitu perusahaan penyedia peralatan rumah tangga.
Hingga tahun 1991 didirikan PT National Panasonic Gobel yang merupakan satu satunya agen retail NABEL dan MGBI dan PT Matsushita Kotobuki Electric Indonesia yang mengekspor VCR, CD-ROM, dan TV.
Pada tahun 2004, merek “National “ bertransformasi menjadi “Panasonic” dan nama perusahaan juga berganti menjadi PT Panasonic Gobel Indonesia. Panasonic menjadi salah satu merek terkenal di Indonesia. Berbagai macam produk elektronik yang dijual meliputi digital AV, kesehatan dan kecantikan, komunikasi, kehidupan pusat inovasi, peralatan rumah, AV profesional, dan solusi bisnis.
Mengapa Panasonic dan
Toshiba akan Tutup Pabrik di Indonesia?
Konfederasi Serikat
Pekerja Indonesia (KSPI) mengungkap dua perusahaan raksasa asal Jepang PT
Panasonic dan PT Toshiba akan menutup pabriknya di Indonesia. Hal itu dimulai
dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) buruh. Kondisi tersebut dinilai terjadi
karena upah buruh yang murah sehingga daya beli masyarakat rendah.
KSPI merilis data PHK di dua raksasa elektronik tersebut. Pertama, PHK 865 orang di PT Toshiba consumer products Indonesia Jalan Citanduy Raya Park plot 5G kawasan EJIP industrial Cikarang Selatan. Mulai perundingan pesangon dengan serikat pekerja 5 Januari 2016. Pengusaha menyatakan penutupan perusahaan bukan karena persoalan kenaikan upah tapi karena daya beli masyarakat menurun secara domestik dan global. KSPI dan FSPMI melihat kebijakan upah murah melalui peraturan pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 merupakan salah satu faktor menurunnya daya beli. PT Toshiba memproduksi televisi dan mesin cuci untuk pasar domestik dan dunia.
Kedua, PHK 480 buruh Panasonic (PT PESGMFID) di kawasan industri EJIp Industrial Park plot 3d Cikarang, Kabupaten Bekasi yang memproduksi alat-alat listrik dan lighting mayoritas pasar domestik. Direncanakan akhir Februari 2016, perundingan nilai pesangon selesai. Tutupnya pun, kata Presiden KSPI Said Iqbal, bukan karena persoalan kenaikan upah.
Ketiga, PHK 800 buruh Panasonic (PT PLI) di kawasan industri PIER Jalan Rembang Industri Raya 47 Pasuruan yang memproduksi lightingpasar domestik dan global yang sudah selesai perundingan pesangonnya September tahun lalu. Serikat pekerja resmi melaporkan ke FSPMI bahwa semua sudah selesai pada Januari 2016.
"Jadi total buruh
ter-PHK di dua perusahaan elektronik Jepang ini 2.145 buruh, apakah Menperin
dan Menaker masih mau tetap mau bilang tidak tahu ada perusahaan tutup atau
tidak ada PHK ribuan buruh," kata Iqbal menegaskan.
D. SHARP

Sharp Corporation merupakan salah satu
perusahaan yang merancang dan memproduksi peralatan elektronik yang berbasis di
Osaka, Jepang. Sharp pertama kali didirikan sejak 15 Oktober 1912 saat Tokuji
Hayakawa mulai mendirikan sebuah toko logam di Tokyo. Penemuan pertama-nya
adalah gesper jepret yang disebut Tokubijo. Penemuan ini kemudian dipatenkan
pada tahun yang sama. Selanjutnya Hayakawa mulai mengembangkan penelitian untuk
membuat alat tulis logam sehingga pada tahun 1915 tercipta-lah pensil mekanik
yang mulai berkembang pesat sejak saat itu. Pada tahun 1916, pensil mekanik
Hayakawa yang bernama "Ever-Ready Sharp Pencil" yang menjadi
cikal bakal nama perusahaan dan merek dagang dari produk-produk hingga saat
ini. Sharp Corporation mulai mengalami kemunduran dalam bisnis pensil karena
dampak gempa bumi yang terjadi di Kanto pada tahun 1923 sehingga membuat
perusahaan memutuskan untuk pindah ke Osaka. Di Osaka perusahaan mulai
mengembangkan generasi pertama radio Jepang sejak tahun 1925. Selanjutnya pada
tahun 1953 Sharp mulai mengembangkan produksi televisi.
Pada tahun 1964, Sharp mulai meluncurkan kalkulator transistor pertama yang dulunya dipatok dengan harga 1.400 dollar AS. Sharp membutuhkan waktu beberapa lama untuk mengembangkan produk kalkulator tersebut yang dikembangkan tanpa adanya pengalaman dalam pembuatan perangkat komputerisasi saat itu. Dua tahun kemudian, Sharp mulai memperkenalkan kalkulator IC dengan menggunakan 145 IC bipolar buatan Mitsubishi kemudian dengan pengembangan kalkulator LSI yang merupakan kalkulator saku dengan harga terjangkau yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 dan menjadi populer saat peluncurannya.
Perusahaan terus meningkatkan produksi-nya dengan memproduksi LCD kalkulator pertama sejak tahun 1973. Selain itu Sharp juga menjalin kerjasama dengan Nintendo sejak tahun 1980 untuk memberikan hak lisensi dalam pembuatan dan pengembangan C1 NES TV yang kemudian diluncurkan di Amerika Utara pada tahun 1983 sebagai Sharp Nintendo Television. Sharp juga telah merilis Twin Famicom (1986), Sharp Famicom Titler (1989), dan SF-1 SNES TV (1990).
Divisi komunikasi Sharp Mobile kemudian mulai menciptakan telepon komersial yang dilengkapi dengan kamera pertama di tahun 1997 yang berlabel J-SH04. sHARP juga mulai menjalin kemitraan dengan berbagai perusahaan guna melebarkan sayap bisnis Sharp. Pada tahun 2007 Sharp kemudian mengakuisisi saham Pioneer Corporation. Dalam proses akuisisi ini dihasilkan sebuah kesepakatan untuk membentuk perusahaan patungan dalam bidang optik yang diberi nama Pioneer Digital Design and Manufacturing Corporation. Selain itu pada tahun 2008 Sharp mulai berkolaborasi dengan Emblaze Mobile dalam proyek untuk merancang perangkat seluler holistik pertama yang berlabel Monolith. Proyek ini memang tidak pernah dibawa ke pasaran.
Pada bulan Maret 2012, 10% saham Sharp Corporation berhasil diakuisisi oleh perusahaan elektronik yang berbasis di Taiwan yakni Hon Hai atau lebih dikenal dengan Foxconn.
Pada tahun 1964, Sharp mulai meluncurkan kalkulator transistor pertama yang dulunya dipatok dengan harga 1.400 dollar AS. Sharp membutuhkan waktu beberapa lama untuk mengembangkan produk kalkulator tersebut yang dikembangkan tanpa adanya pengalaman dalam pembuatan perangkat komputerisasi saat itu. Dua tahun kemudian, Sharp mulai memperkenalkan kalkulator IC dengan menggunakan 145 IC bipolar buatan Mitsubishi kemudian dengan pengembangan kalkulator LSI yang merupakan kalkulator saku dengan harga terjangkau yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 dan menjadi populer saat peluncurannya.
Perusahaan terus meningkatkan produksi-nya dengan memproduksi LCD kalkulator pertama sejak tahun 1973. Selain itu Sharp juga menjalin kerjasama dengan Nintendo sejak tahun 1980 untuk memberikan hak lisensi dalam pembuatan dan pengembangan C1 NES TV yang kemudian diluncurkan di Amerika Utara pada tahun 1983 sebagai Sharp Nintendo Television. Sharp juga telah merilis Twin Famicom (1986), Sharp Famicom Titler (1989), dan SF-1 SNES TV (1990).
Divisi komunikasi Sharp Mobile kemudian mulai menciptakan telepon komersial yang dilengkapi dengan kamera pertama di tahun 1997 yang berlabel J-SH04. sHARP juga mulai menjalin kemitraan dengan berbagai perusahaan guna melebarkan sayap bisnis Sharp. Pada tahun 2007 Sharp kemudian mengakuisisi saham Pioneer Corporation. Dalam proses akuisisi ini dihasilkan sebuah kesepakatan untuk membentuk perusahaan patungan dalam bidang optik yang diberi nama Pioneer Digital Design and Manufacturing Corporation. Selain itu pada tahun 2008 Sharp mulai berkolaborasi dengan Emblaze Mobile dalam proyek untuk merancang perangkat seluler holistik pertama yang berlabel Monolith. Proyek ini memang tidak pernah dibawa ke pasaran.
Pada bulan Maret 2012, 10% saham Sharp Corporation berhasil diakuisisi oleh perusahaan elektronik yang berbasis di Taiwan yakni Hon Hai atau lebih dikenal dengan Foxconn.
Sharp Corporation juga telah menerima
investasi 100 juta dollar AS dari Samsung yang diterima pada Maret 2013.
Produk-produk hasil pengembangan Sharp antara lain televisi, home theater,
kulkas, pendingin ruangan (AC), mesin cuci, vacuum cleaner, telepon,
kalkulator, smartphone, LED, Plasmacluster dan beberapa varian produk lainnya.
Hingga saat ini Sharp telah hadir di lebih dari 55 negara di dunia termasuk
Indonesia dengan dibantu oleh lebih dari 18.000 karyawan.
PT Sharp Electronic Indonesia tidak berencana bangkrut dari Indonesia
Keputusan Toshiba dan Panasonic yang menutup pabriknya di Indonesia tak membuat perusahaan elektronik Jepang lainnya, PT Sharp Electronic Indonesia melakukan hal yang sama. Sharp menilai pasar Indonesia masih sangat potensial untuk penjualan produk elektronik. “Kami menganggap Indonesia sangat penting, maka dari itu kami tidak pernah berpikir untuk meninggalkan negeri ini,” ujar Vice President for Sales and marketing, Sadanobu Shindoh dalam launching Information Display Panel.
Penutupan pabrik Toshiba dan Panasonic di Indonesia tidak terkait dengan iklim bisnis di negeri ini, akan tetapi lebih kepada segmen pasar yang telah berubah. Shindoh menilai perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan perbaikan yang signifikan. Kondisi industri manufaktur di Indonesia juga terus menerus mendapat insentif dari pemerintah.
Dari segi pasar, Sharp menilai besarnya jumlah penduduk membuat Indonesia menjadi incaran produsen elektronik dunia. “Masyarakat di dalam negara berkembang membutuhkan banyak perlengkapan elektronik yang sophisticated,” terangnya.
Sementara, mengenai kenaikan harga minyak dunia yang telah menembus USD 96 per barel, Shindoh mengaku hal itu sangat berpengaruh dalam industri manufaktur. Namun begitu, dalam produksi Sharp kenaikan itu pengaruhnya kecil, hanya membebani biaya distribusi. Ia mengaku Sharp tidak akan menaikkan harga produk karena hal itu. “Produk-produk Korea seperti Samsung dan LG harganya sangat murah, jadi kita harus bisa bersaing dalam segi harga,” tandasnya.
Dua pabrik milik anak perusahaan Matsushita di Indonesia, yaitu, PT Panasonic Electronic Devices Indonesia (PEDIDA) dan PT Matshushita Toshiba Pictures Devices Indonesia akan merelokasikan pabriknya ke Jepang. Kedua pabrik yang memproduksi komponen elektronik untuk televisi itu akan menutup pabrik tabung televisi di Cibitung dan Cikarang, Jawa Barat karena teknologi pabrik komponen itu dianggap sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.(jpnn)
E. MOTOROLA

Motorola
Inc merupakan perusahaan telekomunikasi asal Amerika Serikat. Motorola berpusat
di kota Schaumburg, Illinois. Bisnis yang dijalani Motorola selama ini tidak
hanya dibidang telepon selular, namun juga dalam bentuk design, penjualan
wireless network infrastructure, industri media channel seperti radio dan
televisi serta stasiun transmisi.
Motorola pada awalnya bernama Galvin Manufacturing Corporation yang didirikan tahun 1928. Pendiri perusahaan ini yaitu 2 orang bernama Paul Galvin dan Joseph Galvin. Produk awal Motorola adalah batu baterai. Kemudian pada tahun 1930, nama Galvin Manufacturing Corporation pun berubah menjadi Motorola.
Motorola pada awalnya bernama Galvin Manufacturing Corporation yang didirikan tahun 1928. Pendiri perusahaan ini yaitu 2 orang bernama Paul Galvin dan Joseph Galvin. Produk awal Motorola adalah batu baterai. Kemudian pada tahun 1930, nama Galvin Manufacturing Corporation pun berubah menjadi Motorola.
Nama
Motorola berasal dari salah satu jenis produk Galvin Manufacturing Corporation
yaitu radio mobil. Nama radio mobil yang dibuat oleh perusahaan ini pada saat
itu adalah “Victrola”. Kemudian karena digerakkan oleh “Motor”, maka perusahaan
kemudian berganti nama menjadi Motorola.
Pada
awal perkembangannya, Motorola banyak bermain dibidang pengembangan
produk-produk yang berhubungan dengan radio. Motorola merupakan perusahaan
pertama yang menciptakan walkie-talkie dan nantinya akan menjadi perusahaan
pertama yang menciptakan telepon selular.
Pada
tahun 1955, logo Motorola pun diluncurkan. Ditahun ini, bisnis Motorola
meningkat, tidak hanya terbatas pada radio, namun telah sampai pada bisnis
televisi. Pada tahun 1958, Motorola merupakan perusahaan yang menciptakan
transmisi radio untuk para astronot NASA di Amerika dalam perjalanan pertama ke
bulan.
Tahun 1960, Motorola pertama kali meluncurkan TV berukuran 19 inch, yang saat itu merupakan TV dengan ukuran terbesar di dunia. Tahun 1963, Motorola juga adalah perusahaan pertama yang membuat TV berwarna yang kemudian menjadi standar industri televisi hingga sekarang ini.
Tahun 1960, Motorola pertama kali meluncurkan TV berukuran 19 inch, yang saat itu merupakan TV dengan ukuran terbesar di dunia. Tahun 1963, Motorola juga adalah perusahaan pertama yang membuat TV berwarna yang kemudian menjadi standar industri televisi hingga sekarang ini.
Motorola
adalah perusahaan pertama yang membuat telepon selular. Tepatnya pada tahun
1991, Motorola membuat GSM pertama di dunia di Hanover, Jerman. Tahun 1994,
perkembangan GSM yang dibuat Motorola sampai pada tahap penyatuan digital radio
system, paging, data dan suara dalam satu item yang kemudian dikenal sebagai
handphone/mobile phone. Tahun 1995, Motorola juga membuat sistem pager pertama
yang memungkinkan pengiriman pesan antara 2 orang melalui operator.
Sebab Collapse
Ø Pihak
manajemen kurang mampu membawa visi misi Motorola yang sudah disusun menuju
aplikasi strategi yang sesuai dengan perkembangan zaman sekarang ini, terutama
mengenai kemampuan bersaing di era teknologi informasi yang sangat pesat
akibatnya Motorola tenggelam oleh kompetitor lainnya
Ø Pihak
manajeme kurang mampu membawa para karyawannya untuk melakukan inovasi dalam
produk mobile phone sehingga pada akhirnya Motorola tertinggal dengan para
pesaing di dunia telekomunikasi, seperti Nokia, Samsung, LG, RIM dan Apple.
Ø Inovasi
produk yang kurang inovatif, aplikatif dan terarah dapat dilihat pada
ketidakkonsistenan Motorola yang menggunakan beragam tipe operating system (OS)
pada produk-produknya. Motorola menggunakan operating system seperti
meraba-raba tanpa ketidakpastian. Motorola pernah menggunakan symbian, Linux,
Windows Mobile, Moto proprietary (operating system buatan Motorola) bahkan
berencana menggunakan Android dari Google. Banyaknya operating system ini
memiliki dampak negatif yang memperburuk kondisi Motorola. Akibatnya Motorola
kehilangan jati dirinya, para pengguna Motorola pun kehilangan jati diri
mereka. Dalam arti banyak customer yang kemudian kebingungan karena HP Motorola
tipe satu dengan lainnya benar-benar berbeda dan hal tersebut menyulitkan serta
membuat para customer tidak merasa terikat (loyal) kepada Motorola.
Ø Motorola
juga tidak memiliki user interface yang pasti. Setiap produk yang dikeluarkan
Motorola memiliki ketidaksamaan dalam user interface. Hal ini sangat perlu
mengingat user interface juga dapat menjadi identitas perusahaan tersebut.
Ketidakpastian ini juga ditambah dengan inovasi yang tidak kompetitif dibanding
dengan para kompetitornya.
Karena kurangnya inovasi, sales dan kerugian signifikan yang dialami oleh Motorola, maka perusahaan ini pada bulan Januari 2008 saja telah memecat 3500 pekerja mereka. Pada bulan Juni, sekitar 4000 pekerja dirumahkan. Motorola pun telah memotong budget untuk research produk sebesar 20% pada bulan Juni 2008.
Karena kurangnya inovasi, sales dan kerugian signifikan yang dialami oleh Motorola, maka perusahaan ini pada bulan Januari 2008 saja telah memecat 3500 pekerja mereka. Pada bulan Juni, sekitar 4000 pekerja dirumahkan. Motorola pun telah memotong budget untuk research produk sebesar 20% pada bulan Juni 2008.
Ø Sistem
manajemen yang tidak konsisten terhadap pembentukan indentitas/karakter brand
F. KODAK


Eastman Kodak Company
merupakan sebuah perusahaan multinasionalyang berbasis di Rochester,
New York. Didirikan
oleh George Eastmandan Henry Strong padatahun1892. Perusahaan ini menghasilkan berbagai
macam produkkamera, fotografi, pencetak, dan lain-lain. Selama abad ke-20, Kodak
memegang peranan yang dominandan menjadi pioner dalam perkembangan fotografi
film, bahkan pada tahun1976menguasai
90% market di Amerika
Serikat. Namun
memasuki abad ke-21, perusahaanini mulai mengalami kemunduran dan pada19
Januari2012, perusahaan ini resmimengajukan permohonan
mendapat perlindungan kepailitan. Ini berawal, sejakdiketemukannya teknologidigital
fotografi, fotografi
film mulai ditinggalkan dan berdampak terhadap merosotnya kinerja Kodak.
Sebab
Akibat Collapse
Ø perusahaan
tanpa memikirkan bagaimana berinovasi untuk tetapeksis dalam lingkungan bisnis.
Ø dari
perusahaan hidup hanya dari mengandalkan biaya lisensi dari propertiintelektual
perusahaan tanpa memikirkan bagaimana berinovasi
Ø Nilai pasar Kodak telah amblas di bawah 100 juta dolar AS dari 31 miliar dolarAS
yang dicapai 15 tahun lalu ketika harga sahamnya bertengger di 94 dolar AS.Tapi
kini harga sahamnya hanya 30 sen.
Ø Keberadaan
Kodak pada sektor kamera telah berakhir. Perusahaan ini pun telahmengumumkan
berhenti memproduksi kamera digital, kamera video poket danframe foto digital
Ø Adapun pencegahan yang dapat dilakukan perusahaan adalahterus
menerus melakukan inovasi agar perusahaan dapat menghasilkan produk yanglebih
berkualitas dan perusahaan juga peka terhadap perubahan
zaman (Globalisasi).
Ø Disamping
itu Kodak juga telah menjualsekitar 1.100 paten imagingkepada
beberapa perusahaan teknologi termasuk Apple, Google, Microsoft, Amazon.com,
Facebook, BlackBerry, dan Samsung Electronics.
G. NOKIA

Nokia pada awal munculnya, tahun 1865, merupakan sebuah
perusahaan pengolahan bubur kayu yang didirikan oleh Fredrik Idestam.
Peerusahaan ini akhirnya berubah menjadi pabrik kertas pada tahun 1920. Tak
lama setelah perang dunia pertama berahir, Perusahaan Karet Finlandia
mengakuisisi perusahaan penggilingan kayu Nokia dan perusahaan mebel Finlandia.
Ketiga perusahaan tersebut digabung menjadi Nokia Corporation pada tahun 1967.
Selama puluhan tahun Nokia mengalami masa percobaan dari
keragaman kesalahan. Akan tetapi, dari semua kesalahan dan percobaan itu,
secara bertahap membangun keterampilan substansial dari kumpulan ahli yang
berbakat. Tahun 1970-an Nokia dan pabrik televisi Salora bergabung dan
mengembangkan telepon radio untuk militer. Selain telepon, Nokia sempat
menjalankan bisnis di beberapa jenis produk, seperti kabel, sepatu, kertas,
radio telepon dan lain sebagainya. Resesi yang terjadi di Finlandia,
berakhirnya kerjasama dengan Uni Sovyet yang runtuh, dan produk yang gagal
semapat mewarnai usaha yang dilakukan Nokia untuk menjadi produsen telepon
seluler terkemuka di dunia.
Pada awal 1981, Nokia meluncurkan produk bernama Nordic Mobil Telephony (NMT). NMT merupakan jaringan selular
multinasioanal pertama di dunia, Karena itu, sepanjang dekade 1980-an NMT
diperkenalkan ke sejumlah Negara.
Pada awal 1990-an Nokia sempat mengalami krisis,
tetapi CEO saat iru mengambil keputusan penting untuk memfokuskan
pada telepon selular dan jaringan telepon. Hasilnya telepon GSM pertama kali di
dunia muncul di Finlandia tahun 1991. Kemudian pasar telepon selular glogbal
mulai berkembang sangat cepat pada pertengahan tahun 1990-an.
Kini lebih dari 2000 seri ponsel Nokia tersebar di seluruh
dunia, dengan tenaga kerja sebanyak 54 ribu orang, produk Nokia terjual di 130
negara. Serta penghargaan yang didapatkan dari berbagai pihak, yang mengakui
keberhsilan Nokia dalam menjalankan strateginya.
Sebab Akibat Collapse
Ø Absennya produk yang popular terlalu lama dan Nokia terlalu fokus
mengembangkan symbian tanpa memberikan inovasi yang berarti sehingga menurunkan
pamor Nokia dan tergantikan oleh pesaingnya.
Ø Sistem operasi Symbian dianggap tidak responsif dan tidak dinamis. Ini
salah satu penyebab jatuhnya Nokia. 7. Nokia tidak fokus pada pengembangan
hardware (phone) saja, usaha Nokia untuk mengambangkan software (Symbian,
Megoo) malah membuat Nokia tidak fokus.
Ø Nokia gagal mengantisipasi, memahami atau mengatur diri untuk menghadapi
perubahan
zaman. Bahkan bisa dibilang ponsel Nokia terbaru adalah fitur yang siap, namun tidak siap di masa depan. 12. Salah satu produknya yakni Lumia 900 yang merupakan smartphone berbasis Windows Phone 7 tidak diberi opsi upgrade ke Windows Phone 8, dimana ada perbedaan arsitektur yang sangat mendasar antara Windows Phone 7 dan Windows Phone 8.
zaman. Bahkan bisa dibilang ponsel Nokia terbaru adalah fitur yang siap, namun tidak siap di masa depan. 12. Salah satu produknya yakni Lumia 900 yang merupakan smartphone berbasis Windows Phone 7 tidak diberi opsi upgrade ke Windows Phone 8, dimana ada perbedaan arsitektur yang sangat mendasar antara Windows Phone 7 dan Windows Phone 8.
Ø Nokia terlalu memaksakan bertahan dalam OS Windows nya sementara user lebih
senang
menggunakan Android dengan berbagai aplikasinya yang free.
menggunakan Android dengan berbagai aplikasinya yang free.
Ø Dari segi handset, handset keluaran Nokia relatif sama yang berbasis
Android.
Ø Dalam menjalankan strategi bertahannya Nokia kurang dan lamban berinovasi
dan tidak belajar dari kegagalan brand sebelumnya seperti Siemens dan Sony
Ericsson.
Ø Tidak memahami keinginan pasar yang menginginkan ponsel murah dengan fitur
canggih bukan ponsel yang tergabung dengan kemewahan maupun kamera.
Ø Ketidakunikan Nokia dibanding mobile phone competitor. Dan ketidakunikan
itu menyebabkan Nokia tidak dilirik oleh pasar dan akhirnya Nokia lengser
sebagai raja.
Ø Nokia gagal mengimplementasikan strategi branding yang tepat
Ø kompetitif yang meliputi Inovasi, Aplikasi, Efektivitas dan Efisiensi,
Interest Nokia terhadap dua pesaingnya maka Nokia tewas dilibas pesaing
H. SANYO

Sanyo Electric Co., Ltd. adalah perusahaan
produsen barang elektronik asal Jepang. Perusahaan yang bermarkas di Moriguchi,
Osaka, Jepang ini didirikan pada tahun 1950 oleh Toshio Iue dan kakak
iparnya Konosuke Matsushita. Perusahaan ini mempekerjakan 14.137 karyawan pada
tahun 2006.
Pada tahun 1952 perusahaan ini membuat radio plastik
dan mesin cuci pertama di Jepang. Pada tahun 984 Sanyo memperkenalkan MBC-550
PC yang rendah biaya dari IBM PC dan kompatible dengan komputer pribadi. Namun,
tidak lama kemudian Sanyo memutuskan untuk mundur dari dunia komputer.
Sanyo telah memiliki hubungan baik dengan Sony,
dengan mendukung format video Betamax dari penemuan pertamanya hingga
pertengahan tahun 80-an. Sementara Sanyo memproduksi VHS video format pada
waktu yang sama untuk merek Fisher. Namun, pada akhirnya, Sanyo menolak untuk
memberikan dukungan untuk produk Blu-ray Disc milik Sony dan malah mendukung HD
DVD milik Toshiba. Produk ini ternyata kalah dengan Blu-ray Sony.
Di Amerika Utara, Sanyo memproduksi telepon
selular CDMA khusus untuk perusahaan Sprint-Nextel dengan mereknya Sprint
PCS di AS, dan Bell Mobility di Kanada.
Gempa Chuetsu 2004 merusak pabrik semikonduktor Sanyo dan sebagai hasilnya Sanyo membukukan kerugian finansial yang besar. Pada tahun yang sama perusahaan mengumumkan rencana restrukturisasi yang disebut Proyek Evolution Sanyo dengan meluncurkan visi perusahaan baru yaitu untuk mengubah perusahaan menjadi perusahaan yang ramah lingkungan. Dari sini, perusahaan mulai memproduksi produk yang kuat seperti baterai isi ulang, photovoltaics surya, AC, baterai mobil hibrida dan kamera Xacti, proyektor dan ponsel.
Gempa Chuetsu 2004 merusak pabrik semikonduktor Sanyo dan sebagai hasilnya Sanyo membukukan kerugian finansial yang besar. Pada tahun yang sama perusahaan mengumumkan rencana restrukturisasi yang disebut Proyek Evolution Sanyo dengan meluncurkan visi perusahaan baru yaitu untuk mengubah perusahaan menjadi perusahaan yang ramah lingkungan. Dari sini, perusahaan mulai memproduksi produk yang kuat seperti baterai isi ulang, photovoltaics surya, AC, baterai mobil hibrida dan kamera Xacti, proyektor dan ponsel.
Pada tanggal 2 November 2008, Sanyo dan
Panasonic mengumumkan bahwa mereka telah menyepakati pembelian yang membuat
Sanyo menjadi anak perusahaan dari Panasonic. Pengumuman akuisisi ini ada di
web Sanyo pada tanggal 19 Desember 2008 dan mulai efektif pada tanggal 21
Desember 2009.
Sebab
Akibat Collapse
Ø Harmony Culture Error. Dalam era digital seperti
saat ini, kecepatan adalah kunci. Speed in decision making.
Speed in product development. Speed in product launch. Dan persis di titik
vital ini, perusahaan Sanyo dari Jepang termehek-mehek lantaran budaya mereka
yang mengangungkan harmoni dan konsensus menyebabkan lamban dalam mengambil
keputusanmengenai produk baru apa yang akan di luncurkan dalam era digital ini
akibatnya kalah cepat dengan luncuran produk baru dari SAMSUNG / LG.
Ø Seniority Error. Dalam era digital, inovasi
adalah oksigen. Inovasi adalah nafas yang terus mengalir. Sayangnya, budaya
inovasi ini tidak kompatibel dengan budaya kerja yang mementingkan senioritas
serta budaya sungkan pada atasan.Akibatnya perusahaan Sanyo semakin tenggelam
dari para kompetitornya.
Ø aspek demografi. Perusahaan Sanyo merupakan
perusahaan dari Jepang sedangkan Jepang sendiri adalah negeri yang menua.
Maksudnya, lebih dari separo penduduk Jepang berusia diatas 50 tahun. Karyawan
yang sudah menua, dan bertahun-tahun bekerja pada lingkungan yang sama,
mengakibatkan perusahaan ini kurang peka dengan perubahan yang berlangsung cepat.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar